Loetju.id - Energi adalah salah satu aspek yang paling penting dalam kehidupan manusia. Tanpa energi, banyak aspek dari kehidupan manusia yang akan sulit untuk dijalani atau bahkan mati.
Energi yang manusia pakai sehari-hari berasal dari banyak sumber, yang dikonversikan menjadi listrik yang kita pakai sehari-hari oleh pembangkit listrik dan kemudian disalurkan ke banyak sektor seperti industri, rumah tangga, dan lain-lain.
Kebanyakan pembangkit listrik yang ada di Indonesia masih mengandalkan batu bara sebagai pasokan energi primernya. Padahal, batu bara yang digunakan pada pembangkit listrik tenaga uap menghasilkan polusi yang dampaknya sangat buruk bagi lingkungan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) menyumbang 32.920 MW dari total 65.236 MW kapasitas daya listrik yang terpasang di Indonesia.
Adapun dampak buruk dari pembangkit listrik yang masih mengeluarkan polusi seperti batu bara adalah pelepasan banyak polutan ke udara luar, Abu terbang (fly ash) dari sisa dari hasil pembakaran batu bara yang sangat beracun, serta pelepasan emisi zat berbahaya seperti merkuri, belerang dioksida, karbon monoksida, merkuri, selenium, dan arsenik.
Berdasarkan kajian Asosiasi Energi Internasional (IEA) tahun 2016, penggunaan batu bara sebagai pembangkit tenaga listrik diprediksi akan meningkat hingga tiga kali lipat dalam dua puluh tahun ke depan. Hal ini adalah bukanlah sesuatu yang dapat diabaikan mengingat dampak negatif dari penggunaan batu bara sebagai pembangkit listrik.
Untuk mendukung program transisi energi yang telah dicanangkan Indonesia, Net Zero Emission, tentunya hal ini adalah sesuatu yang harus dipersiapkan sejak dini, terlebih oleh generasi yang lebih muda. Oleh karena itu, mahasiswa KKN Universitas Diponegoro, Haikal Sultan Nauval, membuat program edukasi yang ditunjukkan kepada siswa sekolah dasar mengenai energi baru dan terbarukan. Indonesia memiliki target Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada bauran energi nasional pada tahun 2025.
Kebijakan ini, yang dipadukan dengan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi hingga 29% pada tahun 2030, merupakan upaya yang jelas menuju sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Hal tersebut disampaikan Direktur Pembinaan Program Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan.
Program ini dilaksanakan di Desa Lemahduwur, Kabupaten Tegal pada 23 dan 25 Januari di SDN 01 dan SDN 02 Lemahduwur. Sasaran dari program ini adalah siswa kelas 4, 5, dan 6 SD dengan tujuan untuk memperluas wawasan mereka serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya kita untuk mendukung program transisi energi untuk kehidupan yang lebih baik.
Program ini dilaksanakan dengan antusiasme yang tinggi dari para siswa serta rasa penasaran mereka akan energi yang biasa mereka pakai sehari-hari. Guru-guru di sekolah setempat pun mendukung para mahasiswa untuk melaksanakan programnya dengan materi tersebut.
Keberjalanan program dibantu dengan media poster serta materi terstruktur yang telah dirancang sebelumnya. Harapannya, materi dapat dipahami oleh siswa dengan baik sehingga tujuan dari program yang telah dicanangkan oleh mahasiswa juga tercapai.