Loetju.id - Sukoharjo, (11/2/2025) - Perubahan iklim menjadi isu global yang semakin nyata dampaknya, terutama akibat pengelolaan sampah yang tidak ramah lingkungan. Menyadari urgensi ini, Vicky Arkinda Cahya Tikna Putra, mahasiswa Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Diponegoro (UNDIP), mengambil langkah nyata melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Puhgogor, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. Ia menginisiasi program '1 Rumah 1 Tempat Sampah' dengan slogan 'Satu Langkah Kecil, Berdampak Besar', guna mengubah kebiasaan masyarakat setempat dalam membuang sampah.
Berangkat dari Masalah Pengelolaan Sampah
Desa Puhgogor memiliki permasalahan klasik dalam manajemen sampah. Tidak adanya tempat sampah di setiap rumah membuat warga terbiasa membakar sampah, yang berkontribusi terhadap polusi udara dan memperburuk perubahan iklim. Pembakaran sampah menghasilkan gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4), yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Menurut perspektif manajemen lingkungan, pengelolaan sampah yang baik harus berorientasi pada prinsip reduce, reuse, recycle (3R). Kurangnya fasilitas dan edukasi menyebabkan masyarakat memilih cara instan seperti pembakaran, tanpa menyadari dampak jangka panjangnya. Oleh karena itu, program ini hadir sebagai solusi sederhana namun efektif dalam mendorong perubahan perilaku warga.
Membangun Kesadaran dari Generasi Muda
Vicky menyadari bahwa perubahan budaya membutuhkan waktu dan strategi yang tepat. Karena itu, ia menargetkan generasi muda sebagai agen perubahan dengan menggandeng Karang Taruna "Tunas Remaja" dalam sosialisasi pengelolaan sampah yang lebih baik. Kegiatan ini tidak hanya berupa penyuluhan, tetapi juga disertai dengan penyebaran brosur/leaflet yang berisi informasi mengenai dampak pembakaran sampah dan pentingnya memilah serta mendaur ulang sampah.
Tak hanya berhenti pada edukasi, Vicky juga menyediakan tong sampah bergrafis yang dibuatnya dari bahan daur ulang. Tong ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat pembuangan, tetapi juga sebagai media edukasi visual bagi warga. Inovasi ini mendapat respons positif dari para pemuda Karang Taruna. Mereka berkomitmen untuk melanjutkan inisiatif ini dengan melakukan pengadaan tempat sampah di setiap rumah sebagai langkah awal perubahan pola hidup yang lebih ramah lingkungan.
Kolaborasi dengan Program 'Bank Sampah'
Saat sosialisasi berlangsung, para remaja Karang Taruna "Tunas Remaja" merasa tergugah untuk bergerak lebih aktif dalam pengelolaan sampah. Mereka pun menghubungkan program ini dengan inisiatif 'Bank Sampah' yang telah mereka jalankan sebelumnya. Keberadaan program ini semakin memperkuat komitmen mereka untuk melakukan pengadaan tempat sampah di tiap rumah.
Menariknya, pendanaan untuk proyek ini tidak hanya bergantung pada dukungan eksternal, tetapi juga berasal dari tiga usaha kolektif yang mereka jalankan, yaitu Ajisaka Soundsystem, usaha cuci motor, dan Bank Sampah. Dengan model pendanaan mandiri ini, mereka berharap gerakan ini bisa berjalan secara berkelanjutan dan tidak hanya menjadi proyek sesaat.
Harapan dan Dampak Jangka Panjang
Program '1 Rumah 1 Tempat Sampah' diharapkan menjadi langkah awal dalam membangun kesadaran lingkungan di Desa Puhgogor. Dengan memulai dari generasi muda, Vicky percaya bahwa kebiasaan baik ini dapat berkelanjutan dan memberi dampak positif dalam jangka panjang. Selain mengurangi pencemaran udara akibat pembakaran sampah, program ini juga membuka peluang bagi masyarakat untuk mulai menerapkan sistem daur ulang yang lebih sistematis.
"Kami ingin menciptakan kebiasaan baru yang lebih ramah lingkungan. Perubahan harus dimulai dari sekarang, dan generasi muda punya peran besar dalam memastikan keberlanjutan pergerakan ini," ujar Vicky.
Dengan adanya dukungan dari masyarakat dan Karang Taruna, program ini berpotensi menjadi model bagi desa-desa lain dalam upaya pengelolaan sampah yang lebih baik. Langkah kecil ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak pihak untuk berkontribusi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim melalui tindakan nyata di lingkungan masing-masing.
Editor:
Achmad Munandar
Achmad Munandar