Comedy, Indie and Creativity

Rabu, 31 Juli 2024

Makna Talks Mempersembahkan: SOUNDSEEKER Vol.1

 


Loetju.idMakna Talks mengadakan kompetisi musik bertajuk “SOUNDSEEKER Vol.1” pada tanggal 12 Juli 2024 lalu bertempat di House of Makers, Jakarta. Ditujukan kepada musisi-musisi baru yang ingin memperkenalkan karya mereka kepada khalayak lebih luas, acara ini lebih dari sekadar kompetisi musik; Soundseeker menjadi sebuah perayaan kreativitas dan semangat untuk menghidupi industry musik.

Setiap band yang berkompetisi akan memiliki kesempatan untuk tampil secara langsung. Dengan leluasa, band-band ini dapat menunjukkan gaya unik dan kehebatan musik mereka. Soundseeker menjanjikan pengalaman bermusik meliputi beragam genre dan pertunjukan, mulai dari rock dan pop hingga musik indie, atau bahkan musik hardcore.

Total 8 musisi yang tampil di SOUNDSEEKER Vol.1, 8 musisi ini telah dikurasi dari 100 lebih pendaftar yang mengirimkan demo musiknya. 8 musisi ini ialah: Featuz, Behawan, Voxxes Music, Rimaldi, Prou, Zorrrya, Gabriella Fernaldi, dan Understatement.

Setiap penampil diberikan masukan yang konstruktif oleh panel juri yang terdiri dari tiga bintang ternama. Mereka ialah Pamungkas, Iga Massardi dan Enrico Octaviano, yang kesemuanya tentu merupakan musisi profesional dengan pengalaman luas di industri musik. Umpan balik dari para juri tentu amat berharga bagi para peserta untuk menyempurnakan kemampuan mereka hingga mekar sebagai seniman.

Sebagai pemenang dari SOUNDSEEKER Vol.1, Behawan akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan karyanya dii kanal YouTube Makna Talks, kesempatan ini akan menjadi momentum penting baginya untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan lebih dikenal khalayak ramai.

Dari wawancara singkat terhadap para musisi yang terlibat, mereka semua menyatakan kegembiraan atas diselenggarakannya event ini. Acara semacam ini dinilai sangat penting bagi para pendatang baru, karena salah satu kendala mereka sebagai musisi adalah menemukan panggung untuk memperkenalkan musiknya. Untuk itu, dengan misi membantu lebih banyak musisi pendatang baru untuk menemukan audience yang lebih besar, Makna Talks akan mengadakan event lanjutan dari SOUNDSEEKER. Sampai jumpa di SOUNDSEEKER Vol.2!

Tentang Soundseeker
Soundseeker adalah acara yang didedikasikan untuk menemukan dan mempromosikan bakat musik baru. 




Pemilu Amerika Serikat 2024 Pertemukan Donald Trump vs Kamala Harris

 



Loetju.id - Pemilu Amerika Serikat memasuki babak baru setelah serangkain drama yang terjadi misalnya penembakan Trump saat kampanye dan Joe Biden yang mengundurkan diri menyusul performa buruknya dalam debat capres 27 Juni 2024 yang membuat partainya sendiri mendesak dia untuk mundur, sebagian besar pemilih Demokrat dan para pemilih independen atau segmen pemilih suara mengambang, menjadi lega.

Mengutip laman berita antaranews.com, Kamala Harris yang berusia 59 tahun dan Donald Trump yang berusia 78 tahun, sungguh menawarkan kontras yang memudahkan pemilih dalam menentukan pilihan serta sekaligus membuat pemilu AS menjadi semenarik di masa-masa sebelumnya.

Kontras ini tidak ditemukan dalam rematch Trump vs Biden yang berusia 81 tahun. Keduanya sama-sama dari generasi lawas yang dianggap membosankan oleh bagian besar pemilih, khususnya anak muda, khususnya Gen-Z yang menjadi aktor utama dalam gejolak politik besar di AS menyusul aksi Israel di Palestina.

Sambutan positif dan optimisme baru dari segmen-segmen pemilih progresif itu membuat elektabilitas Harris meroket hingga melampaui Donald Trump.

Padahal Harris baru dinobatkan sebagai calon presiden AS dari Demokrat pada 1-5 Agustus atau dua pekan sebelum Konvensi Partai Demokrat pada 19-22 Agustus 2024 di Chicago, Illinois.

Kecenderungan elektabilitas Harris yang meningkat itu tergambar jelas dalam berbagai jajak pendapat, termasuk poling Reuters/Ipsos awal pekan ini yang menunjukkan Harris unggul tipis dari Trump.

Harris disebutkan mendapatkan dukungan dari 43 persen pemilih terdaftar, sedangkan Trump mendapatkan 42 persen.

Kecenderungan orang untuk memilih Harris juga membesar sejak Biden mengundurkan diri dari pencalonan presiden AS.

Namun yang paling mengejutkan adalah bertambah besarnya tingkat akseptabilitas publik kepada Harris di negara-negara bagian suara mengambang (swing states). Rupanya, Harris cenderung memikat para pemilih di negara bagian-negara bagian suara mengambang.

Jajak pendapat Bloomberg/Morning Consult yang dirilis Selasa pekan ini misalnya, menunjukkan Harris unggul 11 poin persen atas Trump di Michigan, 2 persen poin di Arizona dan Wisconsin.

Harris juga ketat menempel Trump di Pennsylvania dan North Carolina di mana Trump masih memimpin 2 sampai 4 poin persen. Sedangkan di Georgia keduanya imbang pada angka 47 persen.

Padahal, sewaktu Biden menjadi calon presiden, Demokrat terpuruk di negara-negara suara mengambang itu.

Tak seperti di Indonesia, presiden Amerika Serikat dipilih berdasarkan jatah suara negara bagian yang biasa disebut electoral vote.

Tiap negara bagian mendapatkan alokasi electoral vote berbeda-beda, tergantung jumlah penduduknya.

Misalnya, California yang berpenduduk terbanyak di AS memiliki jatah 54 electoral vote, sedangkan Alaska yang berpenduduk sedikit mempunyai 3 electoral vote.

Walau berselisih cuma 1 persen di suatu negara bagian, seorang calon presiden dinyatakan memenangkan seluruh jatah electoral vote di negara bagian itu, dalam kata lain memenangkan negara bagian itu.

Dalam beberapa pemilu terakhir, 44-45 negara bagian dari total 50 negara bagian di AS, konsisten memilih calon dari Republik atau Demokrat.

Jika satu negara bagian konsisten memilih calon dari Republik, maka negara bagian itu disebut "red state". Sebaliknya, jika konsisten memilih calon dari Demokrat disebut "blue state".

Di luar penamaan itu, masih ada istilah negara bagian suara mengambang atau "swing state" yang juga disebut "purple state." Negara bagian-negara bagian ini tidak terus-terusan memilih calon presiden dari Demokrat atau Republik.

Tapi di negara bagian suara mengambang inilah pertarungan politik sesungguhnya terjadi. Di sini pula siapa pemenang pemilihan presiden AS acap ditentukan.

Dalam pemilu 2024 negara-negara bagian yang masuk kategori swing state adalah Michigan, Arizona, Wisconsin, Pennsylvania, North Carolina, dan Georgia.

Ternyata, berdasarkan berbagai jajak pendapat, Harris terus menyaingi elektabilitas Trump di negara bagian-negara bagian suara mengambang, bahkan mulai melampauinya. Ini menyenangkan bagi Demokrat, tapi menggelisahkan bagi Republik.

Tapi itu juga melukiskan adanya lanskap suara yang tengah berubah, di mana dukungan kepada sang wakil presiden terus meningkat, termasuk dari segmen-segmen pemilih yang malah sulit dirayu oleh Joe Biden selama kampanye Pemilu 2024.

Segmen-segmen pemilih ini adalah kaum kulit hitam, Hispanik, pemilih muda yang seperti Harris sangat kritis dalam isu-isu kontemporer khususnya krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, pemilih perempuan, dan kalangan independen.

Perkembangan ini juga melukiskan adanya energi politik Harris yang berhasil menyuntikkan antusiasme publik kepada proses pemilu. Harris juga membangkitkan antusiasme dan optimisme di kalangan pemilih yang pada Pemilu 2020 memilih Demokrat dan Biden.

Menurut jajak pendapat Financial Times pekan ini, 73 persen pemilih Biden pada Pemilu 2020 menyatakan akan mencoblos Harris.

Lain dari itu, masuknya Harris dalam arena Pilpres AS juga mengusik para pemilih Biden pada Pemilu 2020, yang sudah memutuskan golput. Sebelum Biden mundur dari pencalonan, ada 10 persen pemilih Demokrat yang menyatakan akan golput. Tapi kini, angkanya terpangkas menjadi hanya 3 persen.

Apakah ini indikasi Harris akan mengalahkan Trump, yang elektabilitasnya sempat meroket gara-gara percobaan pembunuhan kepada dirinya pada 13 Juli 2024?

Jawabannya masih jauh untuk dipastikan. Tapi jika Harris konsisten menunjukkan tren positif setelah resmi dinobatkan pada awal Agustus nanti, maka Harris mungkin telah meretas kemenangan yang membuka prospek historis sangat menarik mengenai hadirnya wanita pertama yang menjadi presiden di AS.

Tapi, apakah waktunya terlalu singkat bagi Harris yang hanya memiliki waktu 100 hari sejak diresmikan antara 1-5 Agustus sampai pemungutan suara digelar pada 5 November, untuk memenangkan pemilu ini?

Jika melihat apa yang terjadi pada Partai Buruh di Inggris dan koalisi kiri di Prancis yang menang besar di bawah persiapan pemilu yang bisa terbilang singkat, maka waktu 100 hari tak akan terlalu singkat untuk Kamala Harris untuk mengubah pendulum suara dalam Pemilu AS 2024.

Waktu mungkin tak berpihak kepada Harris, tapi momentum mungkin lebih dipegang Harris ketimbang Trump, apalagi jika dia tampil mengesankan dalam debat capres pertamanya pada 16 September. Sebaliknya, gagal dalam debat pertama bisa menyulitkan langkah-langkahnya untuk selanjutnya.




Link Tiket Tur Stand-Up Comedy Boah Sartika, Se-BOAH Perjalanan

 


Loetju.id - Komika perempuan Boah Sartika yang sering kita lihat bersama Aci Resti dan Neneng dalam podcast Teman Senasib Hahaha Corp akan menggelar Tur Stand Up Comedy bertajuk Se-Boah Perjalanan.

Komika asal Cikarang ini akan membahas banyak hal dalam spesial turnya ini, mulai dari perjalanan kisah cintanya yang kocak dan absurd serta bagaimana hubungannya dengan sang Ayah dalam mempengaruhi karirnya dalam dunia stand up.

Secara konsep Boah menceritakan dalam podcast bersama Raditya Dika bahwa ia akan touring naik sepeda motor ke 5 kota yaitu dari Cikarang ke Salatiga sebagai kota pertama, kemudian lanjut ke Yogyakarta, Purwokerto, Indramanyu dan berakhir di Bandung.

Kenapa hanya 5 kota? Boah menjelaskan karena keterbatasan waktu, spesial tour ini dibuat untuk mengisi liburan semester dan setelahnya ia masih harus magang jadi terbatas waktunya.

Akan ada Barry Williem dan Cemen yang akan jadi opener dan kemungkinan di tahun depan akan ada versi yang lebih besar di Jakarta.

Tur Stand-Up Comedy dari Boah Sartika yang akan dimulai dari tanggal 3 Agustus 2024 hingga 18 Agustus 2024 di beberapa kota yaitu Salatiga, Jogja, Purwokerto, Indramayu, dan Bandung.

Link Tiket Tur Stand-Up Comedy Boah Sartika - Se-BOAH Perjalanan klik di sini: https://hahahacorp.com/events/tur-stand-up-comedy-boah-sartika-se-boah-perjalanan/ 


Sebagai informasi, Boah memiliki Nama lengkapnya Sartika Yulianti, dikenal dengan nama panggung Boah Sartika. Ia lahir pada tanggal 8 Maret tahun 2000, Wikipedia menulisnya sebagai seorang pelawak tunggal dan aktris berkebangsaan Indonesia. 

Boah merupakan salah satu pelawak tunggal yang berasal dari komunitas Stand Up Indo Cikarang. Boah dikenal setelah mengikuti kompetisi Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV musim ketujuh (SUCI 7), yang menjadikannya kontestan termuda di SUCI 7 sekaligus kontestan termuda yang mengikuti kompetisi sepanjang sejarah SUCI.

Perjalanan karirs seorang Boah Sartika

Boah baru mulai menggeluti dunia lawakan tunggal pada tahun 2016 dalam rangkaian acara yang digelar komunitas Stand Up Indo Cikarang, yakni PABRIK SPEAKING sebagai salah satu pengisi acara. Ia kemudian dikenal secara nasional setelah lolos sebagai salah satu finalis Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV musim ketujuh lewat audisi yang diadakan di Jakarta. Boah yang mengikuti kompetisi saat masih duduk di kelas XI MAN 1 Bekasi ini mencatat rekor baru, di mana ia menjadi peserta termuda dari total seluruh komika peserta yang pernah mengikuti SUCI dan menjadi kontestan termuda di SUCI 7.

Ia bersama Nury Zhafira menjadi dua kontestan wanita yang mengikuti SUCI 7. Boah dikenal dengan logat khasnya yang nyablak ketika membawakan materi saat melawak tunggal. Boah akhirnya tereliminasi di babak 6 besar, tepatnya di show 12 saat membawakan tema musik. Rekor lain juga ia catat, di mana selain menjadi kontestan termuda dari awal penyelenggaraan SUCI, ia menjadi komika wanita pertama yang bisa mencapai 6 besar, mengingat pencapaian tertinggi dari komika wanita yang pernah mengikuti SUCI sebelumnya maksimal hanya sampai 10 besar.

Pada tahun berikutnya, Boah mengikuti kompetisi Stand Up Comedy Academy musim keempat (SUCA 4) yang diadakan oleh Indosiar, di mana ia mengikuti jejak Nury selaku sesama alumni wanita SUCI 7 yang telah lebih dulu mengikuti kompetisi tersebut. Di SUCA 4, selain dengan 38 finalis terpilih, Boah kembali berkompetisi dengan Didi Sunardi yang juga merupakan alumni SUCI 7. Berhasil melangkah jauh, Boah akhirnya terhenti di babak 6 besar SUCA 4 dan menjadi finalis dengan peringkat kelima di kompetisi.

Boah sudah banyak membintangi film layar lebar diantaranya Partikelir, Yuni, Aku Bukan Jodohnya, Mendarat Darurat, dan Kukejar Mimpi yang bakal tayang tahun 2024 ini.

Dalam dunia series ia juga sudah sering mondar-mandir dalam banyak judul, misalnya Wedding Agreement the Series, Induk Gajah, Bidadari Bermata Bening, Kalau Jodoh Takkan ke Mana, Dua Dunia Salma, Dua Dunia Salma 2, Magic Tasbih, Amanah Wali 6 dan Aku Bukan Ustazah.

Selasa, 30 Juli 2024

Inveigh Rilis Single Kedua "Sesal" untuk DSP: Ingatkan Untuk Beri Perhatian Lebih Ke Orang Terkasih Sebelum Menyesal

 



Loetju.idMalang, Jawa Timur - Inveigh kembali menggebrak blantika musik tanah air dengan single kedua “Sesal”. Band indie punk/garage rock asal Malang ini akhirnya merilis single kedua mereka tersebut yang diambil dari EP Dinamika, untuk platform DSP. 

Anggota Inveigh terdiri dari individu-individu yang sudah lama berkecimpung di skena musik Malang, membawa pengalaman hidup dan musikalitas yang kaya ke dalam setiap nada yang mereka mainkan. Mereka adalah Julius Rinda Bagus (Take This Life), Anizar Yasmeen (Extreme Decay), Eltria Raffi (Dazzle) dan Raditia Putra (Young Savages, Mocking My Friends).

Single “Sesal” menampilkan lirik yang mendalam dan penuh emosi, menggambarkan perasaan penyesalan dan kehilangan yang mendalam, secara spesifik, kehilangan anggota keluarga. Lagu ini mengisahkan tentang seseorang yang merasakan penyesalan mendalam setelah kehilangan sosok yang berarti dalam hidupnya secara tiba-tiba. Lirik “Sesal” ditulis oleh Yulius sendiri sang vokalis yang bercerita tentang pengalaman pribadi kehilangan sang ayahanda.

“Lagu “Sesal” bercerita tentang pengalamanku pribadi kehilangan ayah, secara tiba-tiba. Secara jujur, itulah yang kurasakan saat kejadian itu. Kuceritakan kembali dalam lirik lagu tersebut,” ungkap Yulius  

Dalam lagu ini, Inveigh mencoba menangkap esensi dari perasaan penyesalan tentang kehilangan seseorang yang sering kali datang terlambat. Walau lagu ini menceritakan pengalaman duka, Inveigh memberinya pendekatan aransemen musik yang kuat dan energik. Single "Sesal" diharapkan bisa menyentuh hati banyak pendengar dan menjadi pengingat bahwa kita harus menghargai orang-orang yang kita sayangi sebelum semuanya terlambat.

“Lagu “Sesal” tidak hanya menjadi ajang curhatku tentang momen kehilangan dan rasa penyesalan, namun juga sebagai musisi dan anggota band Inveigh, kami ingin mengingatkan kepada para pendengar yang mungkin orang tuanya masih lengkap, kami sarankan untuk mencoba memperbaiki hubungan atau memperbaiki kekurangan komunikasi,” pungkas Yulius
Inveigh memulai proses penulisan dan latihannya pada November 2023 hingga Februari 2024. Perekaman pada Februari lalu berlangsung di beberapa tempat: drum dan bass di Sirius, vokal di Haum, dan gitar di 202 Studio. Akhirnya, Inveigh serahkan mixing dan masteringnya ditangani oleh Dzul Fawaid di Studio Barkah, EP Dinamika akhirnya selesai pada bulan April 2024. Untuk bandcamp, EP Dinamika sudah dirilis pada 1 Juni 2024. Untuk DSP, Inveigh menargetkan rilis 2 single sepanjang Juni-Juli 2024.

Redientz Meromantisasi Kesedihan dan Kehilangan Dalam Debut EP Moving

 




Loetju.id -  Malang, 26 Juli 2024 – Meskipun sibuk dengan berbagai tugas sebagai mahasiswa Teknik Elektro, Risyad Bachtiar Z, yang dikenal dengan nama panggung Redientz, selalu mencuri waktu untuk berkarya dalam musik. Setelah merilis lagu "Everytime I Go To Ride" pada 2023 lalu, solois Pop R&B/ Trap Soul Malang, Redientz akhirnya mengeluarkan karya terbaru dengan flashback ke era "The Story Is Over" dan "Distance" untuk mengisi  episode-episode yang kosong. Ia kemudian menuangkan 4 cerita dalam bentuk lagu, sebagai penambal episode yang rumpang, dan lahirlah EP bertajuk “MOVING”.

“Sebelumnya aku ga pernah sampai netesin air mata selama produksi lagu, kecuali saat proses menulis dan rekaman track ‘Moving’ ini”, ujar Redientz. “Who’s gonna stay if we’re no longer okay dan if you’re gone who’s gonna miss you, tiba-tiba aja tuh lirik muncul, dan ga sadar aku netesin air mata pas abis ngetik lirik itu”, ungkap Redientz.

Sebagai penikmat film-film yang menerapkan gaya flashback, Redientz terinspirasi gaya alur film-film kesukaannya dan diimplementasikan pada karya terbarunya.

“Kalau ngomongin soal timeline MOVING, ini alurnya maju-mundur, karena track terakhir ‘The Story Is Over’ yang rilis duluan. Terus track ‘Moving’ aku jadiin pembuka pada EP ini sebagai conclusion sekaligus prolog untuk cerita-cerita yang dimuat di track ke-2,3,4,5, dan 6”, jelas Redientz. 

Melalui debut EP ini, Redientz meromantisasi pengalaman sedih dan kekosongan yang pernah ia rasakan pada periode tertentu di masa lalu.

“Pada saat ini, aku merasa lebih luwes buat nulis hal-hal kesedihan yang pernah kualami. Kadang aku pas ngelamun, tiba-tiba muncul lirik dan nada, terus aku rekam biar ga lupa. Mungkin juga gara-gara aku terbiasa ngedengerin lagu-lagu nangis, jadi yang keluar dari lamunanku juga mirip-mirip”, papar Redientz.

Berbicara nuansa musik dalam EP “MOVING”, pendengar akan merasakan sensasi naik rollercoaster dengan track yang berbeda-beda genre yang masing-masing merepresentasikan rasa pada setiap lagu. Durasi 3 tahun proses pembuatan EP ini juga menjadi alasan mengapa setiap track memiliki genre yang berbeda. Selama pengerjaan EP ini Redientz mengaku mendengarkan beberapa musisi seperti M83, Lil Gunnr, Conan Gray, Joji, Chase Atlantic, Olivia Rodrigo, Keshi, dan Cigarettes After Sex, musisi-musisi tersebutlah yang mempengaruhi aransemen EP “MOVING”. Redientz seperti menuntun pendengar untuk ikut terjun ke dalam idealismenya dalam hal memilih genre musik.

Proses produksi EP ini dimulai sejak bulan Mei 2021, sejak Redientz merilis track keenam yang berjudul "The Story Is Over". Namun, untuk merancang konsep kemudian berlanjut ke proses finishing EP serta penambahan lagu dimulai Januari 2024. Dalam proses produksi dari awal hingga akhir, Redientz dibantu temannya yang seorang produser, Syaekhu untuk memproses vokal utama pada track “INSOMNIAAA” dan untuk bass di track “Favorite Watcher” di take oleh Afa. 

Pada artwork yang terkesan cinematic nan dreamy dijepret oleh adik perempuan Redientz. Seluruh proses produksi dikerjakan di The Radiance Headquarter Beta yang tidak lain adalah kamar Redientz sendiri. EP “MOVING” sudah dirilis 26 Juli 2024 dan bisa didengarkan di semua DSP.   

Sabtu, 27 Juli 2024

Kreatif, Pemuda Ini Buat Platform Listing UMKM Pasardesaku untuk Warga Desa Tegalharjo Pati

 




Loetju.id - Berbekal keterampilannya dalam menulis dan membuat blog, Achmad Munandar atau akrab dipanggil Kang Mad membuat sebuah plarform listing UMKM bernama Pasardesaku.com di desanya yaitu Tegalharjo Pati.

Saat artikel ini ditulis, setidaknya sudah 60% UMKM di Desa Tegalharjo sudah masuk dalam listing di platform Pasardesaku.com. Dari warung makan, bengkel, penjahit, persewaan sound system dan masih banyak lagi yang lainnya semua bisa ditemukan sesuai kategori masing-masing.

Kang Mad menyampaikan bahwa ide awal pembuatan platfom Pasardesaku.com sudah dimulai saat pendemi, kala itu ia harus pulang beberapa bulan karena usahanya di Semarang terdampak kebijakan PPKM. Ia ingin membuat sebuah proyek sosial yang bisa membantu para tetangga di desanya.


Bulan Juli 2024 ini, platform Pasardesaku.com mendapatkan bantuan dari campaign yang ia buat di Kitabisa.com. Dana tersebut ia gunakan untuk membeli domain, membuat spanduk yang kemudian ia bagikan pada beberapa UMKM, belum semunya mengingat uang yang didapatkan baru cukup untuk mencetak beberapa spanduk saja.

Selain listing usaha dan jasa UMKM, di platform Pasardesaku.com warga bisa belajar tentang cara mengembangkan usaha lewat konten artikel, podcast audio dan video yang ia sajikan. Ada pula informasi tentang lowongan kerja yang diharapkan bermanfaat bagi warga Desa Tegalharjo.

Kreatif ya sobat Loetju, memang semestinya dalam hidup kita harus imbang antara proyek yang sifatnya komersial dan proyek sosial untuk memberi manfaat bagi sekitar. Semoga bermanfaat sampai jumpa.



Penulis
Simon

Anxieparty Rilis “Pencarian Peraduan”, Single tentang Perjalanan Tak Berujung

 




Loetju.id - Selang setahun sejak debut Anxieparty di kancah musik dalam negeri, band emo pop asal Malang ini merilis karya keduanya yang diberi judul “Pencarian Peraduan”. Beranggotakan Emir (vokal), Ersa (vokal), Sugab (gitar), Bimo (gitar), Azam (keyboard), Cipeng (bass) dan Sandya (drum), Anxieparty menceritakan sebuah perjalanan yang tak berujung serta diliputi kesedihan dan keputusasaan. 

“Banyak opsi waktu kami memilih judul lagu. Namun pada akhirnya kami mengambil judul "Pencarian Peraduan" karena single ini sendiri ini menceritakan kondisi dimana seseorang harus menerima kenyataan pahit dengan segala duka dan ungkapan kecewa, tentu saja berdiam diri bukanlah solusi yang bisa diambil. Mau ga mau, ia harus segera beranjak sembari meyakinkan dirinya sendiri untuk menanti cinta cinta lainnya,” jelas band yang debut di tahun 2023 tentang makna lagunya. Dibalut dengan suasana kelam yang menggantung di sepanjang lagu, “Pencarian Peraduan” didukung oleh perpaduan sayatan gitar, lengkingan vokal, dan lantunan manis keyboard.

Single kedua ini masih mengusung nafas genre yang sama dengan single debut mereka “Senandika” yang kental dengan nuansa emo pop-rock. Agar menjadi berbeda, Anxieparty bereksperimen dengan unsur rock, orkestrasi, dan beberapa unsur symphony di dalamnya supaya menjadikan tembang ini terdengar lebih variatif. Rilisan kali ini juga digadang-gadang menjadi tema atau judul dari album Anxieparty. 

Maka dari itu, masih ada benang merah secara tema dari semua rilisan yang telah dan akan dirilis oleh band ini. “Kami kasih runtutan cerita yang mengisahkan kehidupan tentang percintaan, lingkungan, dan Tuhan. Entah nantinya akan jadi album penuh atau mini, tapi judul ini akan kami gunakan di rilisan itu. Pada setiap cerita yang kami rangkai, nantinya akan bertemu ‘sang peraduan’ seperti nama album itu,” ungkap band yang para personilnya tengah menempuh pendidikan di bidang musik tersebut. 

Membutuhkan waktu setahun untuk merilis karya baru semenjak debut, band ini mengungkapkan adanya halangan berupa waktu untuk pengkaryaan. Para personilnya menempuh pendidikan di tempat kuliah dan jurusan yang sama, sehingga adanya ujian akhir serta tugas-tugas lain sedikit menghambat ketujuh anggotanya untuk bertemu dan membahas karya di Anxieparty secara intensif. 

Meskipun begitu, beberapa bulan yang mereka tempuh sejak rilisan pertama banyak mengajarkan hal baru bagi mereka. Memiliki dasar bermusik secara formal, industri musik ternyata jauh lebih kompleks dan tidak bisa diprediksi secara teori. Seni marketing, visual, serta sisi kreatif lain pun ikut diuji bersamaan dengan mereka menelurkan karya baru. “Bismillah, semoga dengan semakin produktifnya kami, semakin banyak belajar tentang industri ini dan semoga tahun ini bisa merilis album ‘Pencarian Peraduan’ juga,” tutup Anxieparty. Karya terbaru mereka “Pencarian Peraduan” sudah bisa dinikmati di berbagai layanan streaming digital per tanggal 19 Juli 2024 via Yallfears.

Kerasnya Quarter Life Crisis Dalam EP Terbaru re: NAN, "Lost Consciousness Pt.2" “Hadapi Depresi, ¼ Adalah Rencana”

 




Loetju.id - Malang, 19 Juli 2024 - Setelah merilis EP Leaving Depression pada Mei 2023 lalu, ternyata unit synth pop/post-punk re: NAN masih menyimpan amunisi. Di tahun 2024 ini, re:NAN memilih untuk melanjutkan tema dari single Lost Consciousness pt. 1 yang rilis September 2021 lalu. 

Walaupun re:NAN mengaku sudah meninggalkan nuansa depresif di EP sebelumnya, ternyata masih ada hal-hal yang belum terselesaikan yang berkaitan dengan Lost Consciousness pt. 1. Band re:NAN akhirnya melanjutkannya dalam bentuk EP Lost Consciousness pt. 2 yang telah rilis Bandcamp pada Mei 2024 serta rilis pada DSP pada Juli 2024. Bisa dibilang, depresi itu masih tinggal namun kali ini re: NAN lebih kuat untuk menghadapinya.

EP Lost Consciousness pt. 2 menjadi sequel dari single “Lost Consciousness pt. 1” yang merupakan cerita dari sisi gelap seseorang tentang kehancuran pada segala aspek hidupnya. Segala aspek yang diidam-idamkan diharapkan berjalan indah sesuai waktunya namun, pada kenyataannya tidak. 

Setiap manusia pasti melewati fase hidup menginjak usia 25 tahun, dan di usia tersebut manusia telah memiliki pribadi yang berbeda-beda, karena perasaan, pengalaman, pendidikan dan lingkungan yang selama ini mempengaruhi.

Pada part 2 ini re: NAN juga menceritakan perjalanan tragis dari 3 orang yang sedang menjalani 1/4 hidupnya dengan penuh keyakinan dan rencana namun akhirnya perjalanan tersebut dirasa hampa, kosong, dan gelap. Rencana yang dibangun pun hasilnya di luar ekspektasi

Berdasarkan pengalaman “quarter life crisis” dari Dwiki Wahyu Enanto (lead vocal/bass), Rizky Adha Dharmawan (guitar/sequencer), dan M. Rifki Rahman (synthesizer), mereka berharap EP terbaru mereka menjadi manifestasi kebangkitan terhadap hal-hal yang telah mereka lalui, dan yang telah mereka relakan serta menjadi pedoman, pendewasaan, dan sikap untuk kembali menjalani hidup yang benar-benar hidup.

“Banyak permasalahan yang terjadi selama ¼ hidup manusia, mulai dari belajar berbicara, belajar berjalan, belajar mencintai, belajar patah hati, semua berpengaruh terhadap setelah ¼ hidup mereka. Di sekuel pertama pada Lost Consciousness kami menceritakan seseorang yang mengalami masa kelam dalam hidupnya mulai dari keluarga, dan cinta yang terjadi di masa remajanya. Dan di sekuel lanjutan dari Lost Consciousness ini kami ingin menceritakan hal-hal yang terjadi di masa transisi pendewasaan manusia yaitu peralihan dari remaja menuju dewasa yaitu mulai dihadapkan dengan hal baru yaitu realita,” tutur Rizky sang gitaris

Menurut Sherly Saragih Turnip, S.Psi., M.Phil., Ph.D., Psikolog yang merupakan seorang dosen di Fakultas Psikologi UI, periset, sekaligus ketua dari Kelompok Riset Research of Community.

Mental Health Initiative (RoCMHI), para remaja di Indonesia sudah mulai mencari bantuan. Namun, pada lokasi dengan akses yang terbatas, masih sedikit remaja yang mencari bantuan yang bersifat formal, seperti berkonsultasi kepada seorang profesional.

EP ini sebagian besar liriknya ditulis oleh Dwiki Wahyu Enanto dan Rizky Adha Dharmawan, begitu pula komposer juga mereka berdua, kecuali lagu “Eternal Love”, liriknya ditulis oleh M. Rifki Rahman. EP ini direkam di Grinhaus Studio milik Rizky sendiri di rumahnya, kecuali “After Sunday”, “No One Save Me” dan “Eternal Love” yang vokalnya direkam di Haum Studio serta ditangani oleh engineer Dheka Satria.

EP Lost Consciousness pt. 2 bisa dinikmati di bandcamp pada 17 Mei 2024 via label Haum Entertainment. Untuk versi DSP berturut-turut akan dirilis single-single pada Juni Hingga Juli 2024. Full EP Lost Consciousness pt. 2 versi DSP akan hadir pada 19 Juli 2024.
-Alfan-


D.O.S.A Merilis EP Terbaru Swara Bergala Nostalgia Mengajak Pendengar Mengenang Kembali Momen-Momen Penuh Duka Di Negeri Ini

 




Loetju.id - Sragen, Jawa Tengah - Band Skramz asal Sragen, Jawa Tengah, D.O.S.A, kembali menunjukkan eksistensinya dalam kancah musik tanah air dengan merilis EP terbaru mereka bertajuk Swara Bergala Nostalgia. Band yang hadir sejak 2014 ini terdiri dari Rendra Prihananto (vokalis), Rayhan Zidano (drummer), Adnan Aulia Rahim (gitaris), Yonanda Olga Aji Prasetya (bassis), dan Aditya Tri Wibowo (gitaris).

EP Swara Bergala Nostalgia menggali tema besar tentang bunyi post-rock yang membawa pendengar ke masa lalu, mengenang kesedihan mendalam, kematian, luka, dan duka. 

"Karena menuju kebahagiaan, pasti ada pengorbanan atas kematian yang ditinggalkan. EP ini masih berkaitan dengan maxi single 'Menggurat Hayat, Mencipta Riuh'. Setelah menjemput jiwa dan membuat riuh, D.O.S.A mengajak pendengar untuk melintasi lorong waktu kembali bernostalgia," tutur Rendra, vokalis D.O.S.A.

Makna nostalgia dalam judul EP ini mengajak pendengar untuk kembali ke masa lalu dengan kenangan kesedihan yang seakan terkikis oleh zaman. 

"Mengingat adalah hal yang melelahkan, dan D.O.S.A ingin mengembalikan memori-memori itu kepada pendengar," tambah Rendra.

EP ini juga menyinggung isu politik dan kejadian genosida yang terjadi pada tahun 1965, serta kejadian-kejadian di luar sana. D.O.S.A akan terus mengajak pendengar untuk menjaga amarah dan dendam atas kejadian yang masih menimbulkan duka tersebut. 

"Isu mental health mungkin masih tersentuh di sini, karena lagu-lagu D.O.S.A menjadi media penghubung bagi pendengar yang mengalami kegundahan jiwa, dengan harapan bisa menjadi teman atas kesendirian dan luapan kesedihan serta amarah mereka," jelas Rendra.

Proses pengerjaan EP ini memakan waktu dua bulan, dimulai dari awal April hingga Mei 2024. Rendra menjelaskan bahwa ada tantangan yang dihadapi. 

“Tantangannya dalam produksi, terutama pada proses take lead guitar yang harus diulang dua kali hingga mixing mastering ulang. Itu semua karena ada penambahan riff lead gitar agar lebih padat," lanjut Rendra

Dalam EP ini, aransemen D.O.S.A lebih variatif dengan banyak elemen tambahan yang membuatnya lebih catchy bagi pendengar. 

"Porsi sequencer dan ambient noise kami tambah untuk mencapai nuansa nostalgia yang diharapkan," ujar Rendra. 

“Format D.O.S.A tetap mengusung post-rock skramz dengan tambahan spoken word, namun kali ini ada juga bagian instrumental dan lagu tanpa spoken word untuk menjaga variasi dan mencegah kebosanan pendengar,” tambah Rendra

D.O.S.A berharap EP Swara Bergala Nostalgia dapat mengajak pendengar untuk mengenang kembali masa lalu dengan segala kenangan dan emosinya, sekaligus menikmati perjalanan musikal yang mendalam dan penuh makna. EP Swara Bergala Nostalgia beredar pada 19 Juli 2024 di semua laman DSP dan via bandcamp Haum Entertainment. -Alfan-


Drizzly Sajikan Aransemen Dream Pop dari Tembang Klasik Mocca “I Would Never”

 



Loetju.id - Unit dream pop asal Sidoarjo, Drizzly, merilis sebuah single bertajuk “I Would Never” yang tidak lain merupakan lagu milik band pop asal Bandung, Mocca. Menjadi single pertama yang dilepas Drizzly setelah resmi menjadi roster dari Sun Eater, proyek ini memberikan tantangan bagi Manda (vokal), Moza (bass), Faye (gitar) dan Cilo (drum) untuk membawakan lagu tersebut dengan versi mereka sendiri. 

“Kami rasa ini adalah salah satu proyek seru bagi Drizzly. Personally, band kami juga ada kiblat musik ke Mocca dan waktu ditawarkan proyek ini, kami bener-bener excited banget. Sebetulnya ada 2 lagu yang jadi pilihan untuk kami aransemen yaitu “I Think I’m in Love” dan “I Would Never”. Akhirnya kami jatuhkan pilihan ke opsi kedua karena merasa lagu ini cocok ke karakter musik kami,” ungkap band yang telah memiliki 1 EP dan 1 split EP tersebut. Lagu ini juga dipilih sebagai penghormatan (homage) kepada Mocca, sekaligus merayakan anniversary dari album “Friends” yang menginjak usia 20 tahun di 2024.

Berbeda dengan versi originalnya yang didominasi petikan gitar akustik, “I Would Never” versi Drizzly kental dengan nuansa dream pop lengkap dengan melodi gitar elektrik dan basuhan reverb tebal yang bergelayut di sepanjang lagu. Tidak ada kesulitan bagi warna vokal Manda yang manis untuk melebur di lagu yang sudah berusia 2 dekade ini. 

Sebagai kejutan, Arina Ephipania dari Mocca juga berkolaborasi dengan menyumbang vokalnya dalam proyek ini. Band yang debut di tahun 2022 ini mengaku ada rasa kekhawatiran dalam menggubah lagu milik Mocca. Namun semua ketakutan itu sirna ketika mereka memperdengarkan demo “I Would Never” versi dream pop kepada para personil Mocca dan mendapatkan persetujuan langsung. 

“Sebetulnya kita deg-degan takut ada revisi mayor, tapi rupanya teh Arina & kak Riko langsung suka. Mereka ngiranya Drizzly tuh band Bandung pas pertama denger, dan meskipun berbeda domisili, rekaman berlangsung lancar dengan part kami direkam di Trek House Sidoarjo dan Teh Arina merekam partnya sendiri di Bintaro,” ungkap Drizzly. Diproduseri oleh Drizzly & Dennis Ferdinand, lagu ini juga dibawakan perdana secara live pada showcase roster Sun Eater yakni “Here Comes The Sun” yang diadakan di Bali tanggal 7 Juli 2024 silam. 

Single perdana di bawah naungan Sun Eater ini menjadi lembaran baru dalam karir bermusik Drizzly yang sebelumnya tidak tergabung dalam label manapun. “Semua ini berawal dari perkenalan kami dengan Mas Dennis yang gak lain adalah A&R Sun Eater yang waktu itu lagi dinas ke Sidoarjo. Kami seneng banget dia notice band ini dan tertarik untuk ngajak gabung ke Sun Eater. Sejak itu kami banyak ngobrol dan meeting dengan Mas Dennis dan Mas Kukuh tentang seluk beluk industri musik,” lanjut Drizzly. 

Kesamaan visi keduanya siap membawa karir Drizzly untuk berkembang lebih jauh. “Kami ingin memulai perjalanan karir musik kami lebih serius dan tertata. Kami berharap langkah kami ini bisa jadi gerbang untuk membuka banyak kesempatan lain dan #StartNewJourney,” tutup mereka. Ke depannya, kuartet dream pop ini masih menyimpan beberapa rencana untuk menyemarakkan rilisan ini. Sementara itu, “I Would Never” sudah bisa dinikmati di berbagai layanan streaming digital per tanggal 18 Juli 2024!.

Comika

Politika

Gen Z