Loetju.id - Komika Arie Kriting dan Abdur Arsyad Berbagi Tips Jadi Santri Kreatif di Pondok Pesantren Sidogiri. Hal ini menjadi perhatian netijen setelah Abdur lewat akun Twitter atau X @abdurarsyad meng-quote postingan akun Pesantren Sidogiri @sidogiri dengan caption "Semoga bermanfaat".
Tanggapan netijen beragam mayoritas mengapreasi kegiatan tersebut namun ada pula yang bercanda kaget Arie Kriting mengenakan busana muslim dan mengisi acara di pondok pesantren, dengan penampilannya yang gahar khas rambut gondrong serta aktingnya di series Cek Toko Sebelah ada netijen yang mengira beliau non muslim.
Seperti apa kegiatan mereka berdua di Pesantren Sidogiri? berikut kami kutip dari laman Sidogiri.net.
Berlokasi di ruang Auditorium tt. II, Pondok Pesantren Sidogiri dua komedian ternama, Abdurahim Arsyad dan Arie Kriting bertemu dengan sejumlah santri. Dengan dihadiri oleh seluruh redaksi media PPS, acara tawa ilmiah ini mengusung tema “Entertaiment di Dunia Digital”, Senin (08/01).
Ngobrol santai ini difokuskan dalam bagaimana proses menjadi santri kreatif. “Berbicara kreatif ada tiga hal yang selalu menjadi patokan saya dalam berkarya; input, proses, output. Karena menurut saya pribadi pola berpikir kreatif tidak muncul begitu saja tanpa didasari tiga unsur tersebut,” ungkap Arie Kriting selaku sutradara, komedian, dan penulis naskah.
Dalam pandangannya, kreativitas sangat diperlukan dalam segala hal, lini, dan ranah di kehidupan kita. Pria yang pernah meraih juara tiga dalam ajang Stand Up Comedy Indonesia KompasTV 2013 ini menambahkan, “Tiga hal lagi yang perlu dicatat kawan, dalam memunculkan kreativitas perlu adanya tiga patokan, yaitu referensi, filosofi, dan kreasi. Jangan hanya banyak referensi, tetapi tak mampu berfilosofi, karena kreasi yang dimunculkan tidak akan bernilai kreatif. Maka dari itu, otak kita jangan hanya dijadikan gudang keilmuan tanpa kita mengaktifkan kinerja otak kita untuk berpikir,” tambahnya.
Abdurahim Arsyad juga memberikan beberapa pesan terkait proses menjadi kreatif. Menurutnya, kita telah memiliki perangkat yang lengkap dalam proses menjadi kreatif. “Saya setuju dengan penyampaian Arie. Namun, lebih dari itu kita harus mampu menjadikan diri kita sendiri sebagai referensi. Jadi kalau di dunia komedi kita bercerita tentang kehidupan yang kita alami dan kemudian disuguhkan dalam cover yang mengundang tawa, yaitu komedi. Ini juga disebut kreatif. Basis akademik saya matematika, tetapi kenapa bisa menjalani hidup sebagai komika, ini apakah tidak melenceng dari basis akademik? Begini, basis akademik jangan ditinggalkan, tetapi diaplikasikan dalam bentuk lain. Begitu juga kalian kawan,” jelas Pria kelahiran Nusa Tenggara Timur ini.