Comedy, Indie and Creativity

Kamis, 07 Maret 2024

Bobi Kurtz Rilis Empat Lagu Baru Violet Snow, What a Life, Green Clouds dan Jose Human



Loetju.idJakarta, 1 Maret 2024 – EP self-titled dari Bobi Kurtz telah dirilis secara lengkap dengan keluarnya empat lagu hari ini. Violet Snow, What a Life, Green Clouds dan Jose Human sudah bisa didengarkan di platform musik favorit anda. Violet Snow, What a Life, Green Clouds dan Jose Human sudah bisa didengarkan di platform musik favorit anda.

Violet Snow adalah ballad yang menceritakan kisah melodramatis mengenai akhir yang tiba-tiba dari sebuah hubungan. Lirik dan aransemen Violet Snow dirancang untuk menggambarkan seseorang yang patah hati di cuaca yang dingin.

What a Life menceritakan masa kecil Bobi yang religius, kisah cinta yang “tragis” saat masa remaja dan dilengkapi dengan reference dari olahraga dan modern art. Nada dari What a Life terdengar riang dan gembira, namun mengandung pesan yang tersembunyi.

Green Clouds berlatarkan di padang rumput di mana dua kekasih sedang berbaring di siang hari mendung – sebuah tempat dan kondisi di mana mereka bahagia berada di sisi satu sama lain sepanjang hari. Mereka berinteraksi intim dan pikiran mereka melayang ke tempat jauh yang indah dan layaknya mimpi.

Terakhir, Jose Human dimulai dengan cerita tentang pria kulit putih bernama Buster Jeffers, seorang veteran Perang Vietnam yang kesulitan berbaur di masyarakat modern karena reputasi buruknya. Seraya lagu berjalan, pendengar akan mendengar berbagai cerita dari Tyler Farrokh, Terome Stenson, dan Joe Gonzalez, berbagai pria dari ras minoritas di negara barat.

“Beberapa lagu dari EP ini ditulis pada 2017, dan akhirnya mereka bisa didengarkan oleh khalayak. Menurut saya semua lagu yang dirilis berbeda satu dengan yang lain, tapi masih memiliki jiwa dari Bobi Kurtz,” Bobi menjelaskan

“Lagu-lagu ini berada dekat di hati saya – dan meskipun tidak semua lagu menceritakan kisah pribadi saya, namun semua berasal dari pemikiran atau perasaan yang berada di dalam diri saya.”

“Jose Human misalnya – lagu yang sulit untuk ditulis, tapi sebagai orang ketiga yang melihat dari kejauhan dan memiliki keprihatinan mendalam, saya ingin menunjukkan hormat pada orang-orang yang tertindas. Tentu saja, saya tidak memiliki kapasitas untuk menceramahi orang, dan bukan itu maksud saya, tapi saya hanya ingin menunjukkan simpati.”

“Green Clouds dan Violet Snow adalah dua lagu yang mencerminkan perasaan yang sangat bertolak belakang yang pernah saya alami, yakni sumringah dan patah hati.”

“Sedangkan What a Life adalah homage kepada hidup saya dari masa kecil sampai usia 20an – semua terasa membingungkan. Saya tidak merasa semua yang lalui itu pahit, tapi saya tahu bahwa apa yang saya lewati sangat berbeda dari yang dilewati orang lain. Tapi yang bisa saya katakan, pengalaman saya membentuk perspektif saya yang tak lazim,” Bobi menjelaskan.


Tentang Bobi Kurtz

Bobi Kurtz adalah seorang penyanyi folk, penulis lagu dan penulis dari Jakarta, Indonesia. Dibesarkan oleh keluarga Kristen yang religius, Bobi memiliki ketertarikan pada musik, terutama vokal, sejak usia dini oleh karena keterlibatannya dalam kegiatan gereja. Meskipun begitu, Bobi baru belajar bermain gitar dan menulis lagu pada saat ia menginjak kelas 11.

Bob menulis beberapa lagu pertamanya saat berusia 19, namun saat usia 23 ia baru mulai menulis lagu yang berbasis literatur berkat pengalamannya di dunia jurnalistik dan menulis profesional. Panutan menulisnya di saat itu adalah Bob Dylan, Leonard Cohen, Nick Drake dan George Harrison.

Dalam kapasitasnya sebagai penulis lagu, Bob membahas berbagai subjek seperti pengalaman pribadi, kesehatan mental, sosio-politik dan kepercayaan.

Akhirnya, di usia yang baru menginjak 27 tahun, Bob merilis EP yang berjudul nama sendiri. Lagu-lagu yang ada di dalam EP Bobi Kurtz adalah Boston, Adieu, Violet Snow, What a Life, Green Clouds, dan Jose Human.

Crossing Borders and Building Bridges: My Journey with the Indonesian International Student Mobility Programme at Universiti Malaya



Loetju.idAs an international student from Indonesia studying business management at Universiti Malaya (UM), the revolutionary potential offered by the Indonesian International Student Mobility Programme (IISMA) have had a significant impact on my educational experience. This scholarship programme serves as a beacon of academic achievement and cross-cultural exchange, allowing Indonesian students to pursue higher education at one of Malaysia's leading academic institutions.

The Indonesian International Student Mobility Programme (IISMA) is a collaborative initiative between the Indonesian and Malaysian governments to encourage academic mobility and strengthen bilateral ties via education. Through this programme, Indonesian students can spend one semester at UM, getting access to world-class education and cultural immersion opportunities.

For me, my experience with IISMA at UM has been nothing short of fascinating. As a business management student, I began my academic journey with a single goal in mind: to grasp the complexities of corporate strategy and market analysis. However, the multifaceted character of the IISMA study has exposed me to a wide range of academic and cultural experiences, extending my views and developing my respect for the interconnection of global knowledge networks. The IISMA journey is built on a dedication to academic achievement and multidisciplinary engagement. I've got the opportunity to engage with cutting-edge research and innovative methods at UM, broadening my academic experience and arming me with the skills needed to handle the intricacies of the modern business environment.

Furthermore, the IISMA programme has fostered cultural interchange, which has helped to create a sense of global citizenship and cross-cultural understanding. Interacting with students from various cultural origins has extended my perspectives and challenged conventional beliefs, creating an atmosphere of mutual respect and intellectual curiosity. In addition, the IISMA adventure at UM has offered several chances for personal and professional development. Participating in local volunteering and workshops, as well as community outreach programmes, has allowed me to broaden my network, acquire essential leadership abilities, and make a significant contribution to the campus community and beyond.

Although Malaysians and Indonesians understand each other well, there are still linguistic and cultural hurdles between us. Malaysia's diverse linguistic landscape, which includes Bahasa Malaysia, Mandarin, Tamil, and many indigenous languages, may surprise Indonesian students accustomed to learning in a mostly Indonesian language environment. This linguistic variation reflects Malaysian society's diverse makeup and emphasises the importance of language in preserving the country's distinct cultural identities.

Malaysia's multicultural fusion also impressed me, particularly the blend of Malay, Chinese, Indian, and indigenous cultures, each of which contributes unique features to the larger cultural context. The ethnic mix in Malaysia may be an exciting and eye-opening experience for Indonesian exchange students, from the many gourmet options to the numerous religious customs and festivals observed. I was particularly startled by the prominence of Chinese culture in Malaysia, which is closely linked to Malay culture. This fusion may be visible in a multitude of forms, including language, food, and traditional rituals, resulting in a distinct cultural identity apart from Indonesia's mostly Malay culture. Their food, rich and diversified, inspired by numerous cultural traditions, may astound Indonesian students with its unique flavors, spices, and culinary methods. Exploring foods like nasi lemak, char kway teow, and roti canai can be a joyful and unexpected experience, demonstrating the confluence of many culinary traditions within Malaysian culture.

Although Indonesia is a Muslim-majority country, the practice of Islam in Malaysia differs in several ways. Certain places of Malaysia, particularly in more conservative states, follow stricter interpretations of Islamic traditions and practices, which may contrast with Indonesia's more diversified and tolerant religious practices. This might include distinct social conventions, clothing rules, and religious practices that some Indonesian visitors may not be familiar with. For women in Malaysia, there are far stricter enforcement of dress codes for women, such as the expectation to wear modest clothing that cover the arms and legs. While it is relevant that Malaysia have far stricter dress codes for women (New Strait Times, 2023), some women who are dress freely do not receive the same treatment in the streets as they are in other countries. Here, there are fewer and almost to none catcalls and/or harassments. I have experienced many instances of going out at night in the streets of Kuala Lumpur alone, and felt safe enough than in my home country.

As an international student from Indonesia, I am sincerely appreciative for the opportunity provided by the Indonesian International Student Mobility Programme (IISMA). This scholarship programme has not only allowed me to pursue my academic goals, but it has also prepared me to be a global citizen, armed with the information, skills, and cultural competences required to flourish in an increasingly linked world. The Indonesian International Student Mobility Programme (IISMA) experience at Universiti Malaya shows education's transforming capacity in promoting academic achievement, cross-cultural understanding, and international collaboration. As an international student from Indonesia studying business management, I am pleased to be a part of this lively academic community, where barriers are broken down and brains are empowered to make a better future for future generations.



Writer: 
Name: Vaneza Tadzkia Radhwa
NIM: 12010120190089
Major: Management
Faculty: Faculty of Economics and Business

Location:
Kuala Lumpur, Malaysia

Navigating the Unseen Challenges as a Mobility Student

 



Loetju.id When people envision the life of a mobility student, they frequently emphasize the positive aspects, yet there's always a flip side that can leave you feeling like the ground beneath you is constantly shifting, accompanied by its unique set of challenges and difficulties. Nevertheless, in the end, the experience is truly invaluable, offering a wealth of knowledge and growth opportunities that are exclusive to being a mobility student. In this opportunity, I would like to share my journey with you.

Radiating rapture, my emotions soared as I stepped into Kuala Lumpur, to commence my once in a lifetime IISMA experience. Grantly, the first few days of the IISMA experience was quite hectic as administrative obligations kept us busy back and forth to finish our VISA process. The excitement of finishing the VISA process was then quickly damped when we realized that not everyone could get the courses we initially wanted. For me personally, I felt quite frustrated as I was only able to enroll in one class, and my home university’s international office kept pushing me about the courses I needed for conversion at Universiti Malaya. I had to reach out to each course lecturer personally to request to join their class, but unfortunately, most of them had to decline my request for various reasons. Currently, I've successfully enrolled in three courses, but I still need one more as we needed to take four courses for the IISMA program. 

In my first week of academic life here, I encountered some difficulty in grasping the material in certain classes, mainly due to the lecturer's accent. It took me a bit of time and a heightened level of concentration to adapt and catch up with what I had initially missed. In the second week of my academic journey, during the E-Commerce course, we were tasked with a group assignment that is due the following week. I promptly organized a scheduled group discussion for this task to which during the group discussion, most of the group members were actively engaged and offered a valuable insight. Although two members of the group did not participate, I considered this group discussion a remarkable success.

Of course, my journey here isn’t solely centered on academics, I have also actively involved myself in a variety of social events. One of the events that left a lasting impression on me is 'MAGNET.' This event provided me with the chance to meet and connect with international students in Malaysia. This event united international students with prominent figures in the education sector, including the Director General of Higher Education from the Malaysian Ministry of Higher Education. Each university that participated in this event gets to choose a country to represent and showcase its unique culture. We were honored to represent Indonesia and served as cultural ambassadors. Embracing our role, we introduced the richness of our culture through food, games, and music, and even shared Indonesian souvenirs with fellow international students from around the world.
 
Image 1: With Somali international students.

While there are numerous other captivating stories from my journey that I would love to share, the ones recounted here offer a glimpse into the tapestry of experiences that define my life at IISMA. The journey through IISMA has not only been an opportunity for personal and academic growth but also a transformative experience that I hold dear. 

In reflection, my journey through IISMA has been a transformative experience, one that I will cherish and immensely grateful for. Although the initial excitement of embarking this new chapter in my life can be overwhelming, it’s the unexpected challenges that have provided me the most profound tests of resilience and adaptability. It is clear to me that the journey through IISMA is a multifaceted one, filled with its ups and downs, but for me personally, it’s these fluctuations that makes it more valuable as they all have contributed in shaping me to become the person I am today and will continue to embrace the unknown challenges and opportunities that lies ahead.



Writer: 
Name: Sandrichi Romeo Karnadi 
NIM: 12030120190116
Major: Accounting
Faculty: Faculty of Economics and Business
 
Location:
Kuala Lumpur, Malaysia

Radiating the Warmness of Kampung Halaman: Representasi Kebudayaan Indonesia oleh Awardees IISMA Universiti Malaya 2023

 



Loetju.idImagine 70 students from all corners of Indonesia coming together at Universiti Malaya, Malaysia, like a melting pot of cultures. As exchange students overseas, our mission transcends academics. We aim to illuminate the richness of Indonesia’s culture and diversity in our host country. We consider ourselves lucky to have people with different cultural backgrounds, making it possible for us to elaborate more on each other’s perspectives and knowledge about Indonesia’s vast archipelago. 

Within two weeks of our journey, we proudly represented Indonesia in the 'Meet & Greet' with International Students in Malaysia (MAGNET) 2023, a prestigious event organized by Universiti Putra Malaysia in collaboration with Kementerian Pendidikan Tinggi (KPT) and Education Malaysia Global Services (EMGS). This gathering brought together international students from various Malaysian universities and esteemed guests, including Prof. Dr. Azlinda Azman, Malaysia’s Director-General of Higher Education.

In the spirit of Malaysia’s inclusive ethos, each participating university was tasked with showcasing a unique national culture. And guess what? We got to showcase Indonesia! Our booth was a mini-Indonesia, featuring traditional games, attire, batik, our currency, and of course, mouth-watering Indonesian snacks! We were honored to illuminate Indonesia’s vibrant heritage at Universiti Malaya’s booth, especially knowing that UM is among the top three universities in Southeast Asia.

Strategically located at the entrance of the building, our booth attracted a lot of attention from the attendees. Many people appreciated our booth for its stunning presence, which also led them to enthusiastically learn about Indonesia’s culture through the presentations we provided publicly and discussions with our members. We even had a spontaneous ice-breaking session where we sang and danced to Javanese koplo in our booth. It was a superb experience to see people from different countries gathered around our booth, passionately moving their bodies to the dangdut rhythm.

Alongside the enchanting booth displays, our experience was elevated during a sumptuous fine dining event where we shared a meal with hundreds of individuals from different countries. The air was alive with the energy of cultural performances, each meticulously prepared by representatives from around the globe. I fondly remember our table joining in, trying to sing along with the melodies of the songs performed.

As an Indonesian passionate about arts and culture, my IISMA 2023 journey has broadened my knowledge of cross-cultural understanding, with this event being the most impactful one for me by far.


   

Writer: 
Name: Alifa Nasya Ramadhani
NIM: 14050120130047
Major: International Relations
Faculty: Faculty of Social and Political Sciences
 
Location:
Kuala Lumpur, Malaysia

Rabu, 06 Maret 2024

Resmi, Mamat Alkatiri dan Nafha Firah Akhirnya Bertunangan



Loetju.id - Lini masa twitter geger dengan berita Mamat Alkatiri yang akhirnya resmi bertungan dengan Nafha Firah yang berawal dari postingan di TikTok dengan backsound lagu Pacarku Superstar yang dibawakan oleh Project Pop.

Semenjak viralnya vt tersebut, banyak upaya yang dilakukan oleh sahabat terdekat Mamat agar menjadi kenyataan, misalnya cing Abdel yang selalu menyinggung perkembangan hubungan mereka setiap take acara Kulimat dan Praz Teguh rekan sesama talent di HAS Creative yang berhasil mempertemukan keduanya di dunia nyata.

Sebagaimana diketahui oleh khalayak, sosok Mamat komika asal Fakfak Papua ini sempat gagal dalam urusan percintaan pdahal nyaris menuju ke pelaminan. Hal tersebut membuat rekan-rekan komika jadi peduli pada dokter gigi alumni UMY ini.

Beragam ucapan selamat datang dari berbagai kalangan, diantara rekan podcast di Noicenya yaitu Gilang Bhaskara lewat akun twitternya @gilbhas ia mencuit "Kayaknya ini adalah rambut ter-rapi sepanjang saya kenal Mamat. Dan Mamat mau bergaya foto seperti ini? Ah. Bermimpi pun aku tak berani. Congrats @MamatAlkatiri ".

Tak mau kalah Abdur Arsyad rekan podcast Titik Kumpul juga mencuit @abdurardyad "Jumat Berkah! Selesai lamaran, @MamatAlkatiri pun tidak malu lagi memperlihatkan telapak tangan hitam kepada Nafa. Nafa akhirnya bisa melihat dengan jelas efek dari buah iblis Yami Yami No Mi. Alhamdulillah, Nafa tampak sudah menerima semuanya dengan ikhlas. Kapal Kurohige kini menemukan pelabuhan, tempatnya bersandar dari segala ombang-ambing ombak. Ia tak lagi mencari onepiece, karena baginya, inilah onepiece dari segala alam semesta. Teruntuk @Arie_Kriting dan @Praz_Teguh tolong jaga omongan kalian. Jangan fitnah-fitnah lagi. Mari kita antarkan duda anak dua ini ke pelaminan. Berkah!" tulisnya.

Nama Mamat menjadi populer ketika membawakan acara Maling (Mamat Keliling) di channel HAS Creative dengan fasih dan tajamnya membahas dinamika politik Indonesia dengan banyak kalangan dari politisi hingga pengamat hukum dan ekonomi.

Punya nama lengkap Muhammad Yusran Farid, S.KG., yang dikenal dengan nama Mamat Alkatiri (lahir 24 Juni 1992) adalah seorang pelawak tunggal dan aktor berkebangsaan Indonesia.

Mamat merupakan pelawak tunggal dari Indonesia Timur yang berbasis di komunitas Stand Up Indo Jogja. Berasal dari Kota Fakfak yang terletak di provinsi Papua Barat, Mamat merupakan pelawak tunggal asal Papua pertama yang dikenal secara nasional. Mamat mulai dikenal secara nasional setelah mengikuti kompetisi Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV pada musim ketujuh yang diadakan di tahun 2017. Ia berhasil keluar sebagai runner-up kompetisi.

Meskipun lahir di Ambon, Mamat merupakan putra daerah asli dari Fakfak, Papua Barat dan memiliki garis keturunan Arab. Besar di Fakfak, Mamat kemudian pergi merantau ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan. Mamat tercatat sebagai mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta jurusan kedokteran gigi, yang kemudian lulus pada akhir tahun 2020.

Ia kemudian mengenal stand up comedy dan ikut bergabung dengan komunitas Stand Up Indo Jogja sekitar tahun 2014. Mamat memilih stand up comedy untuk menyampaikan keresahannya sebagai anak Papua yang hidup di rantau sekaligus kritis terhadap apa yang terjadi di sekitarnya, mengingat belum ada komika yang berasal dari Papua yang melakukan hal tersebut. 

Mamat sendiri sering mengisi acara stand up comedy seputar Yogyakarta, salah satunya ia pernah membuat show bersama tiga rekan sekomunitasnya di Stand Up Indo Jogja yang juga berasal dari Indonesia Timur yaitu Ali Akbar, Aan Papeda, dan Fathi Djunaedi bertajuk "Eastimewa", di mana acara tersebut dibuat untuk menggalang dana bantuan untuk pendidikan khususnya di Indonesia Timur. Mamat juga pernah diundang salah satu institusi negara untuk mengisi salah satu acara stand up comedy. Mamat juga ditunjuk menjadi komika opener dari Pandji Pragiwaksono untuk tour nya yang bertajuk "Juru Bicara" di kota Yogyakarta.

Mamat kemudian melanjutkan langkahnya di stand up comedy dengan mengikuti kompetisi Stand Up Comedy Indonesia yang diadakan Kompas TV. Mamat diketahui pernah mengikuti audisi SUCI 5 dan SUCI 6 pada tahun 2016 di Yogyakarta dan berhasil mendapatkan golden ticket di audisi SUCI 6, namun ia belum beruntung untuk lolos. Setahun kemudian ia kembali mengikuti audisi, kali ini untuk SUCI 7 di Surabaya dan kembali ia mendapatkan golden ticket bahkan ia akhirnya lolos sebagai salah satu finalis.

Mamat lolos bersama rekan sekomunitasnya yang lain di Stand Up Indo Jogja yaitu Coki Anwar. Mamat di kompetisi SUCI 7 mengikuti jejak komika Indonesia Timur sebelumnya seperti Arie Kriting dan Abdur Arsyad, yaitu menyuarakan keresahannya sebagai wakil dari Indonesia Timur di mana ia juga mencatatkan namanya sebagai komika asal Papua pertama yang mampu tampil di kompetisi SUCI. 

Meskipun penampilannya sempat naik turun, kekonsistenannya dengan persona "Anak Papua" di kompetisi patut diacungi jempol, hingga pada akhirnya ia berhasil mencapai babak grand final meskipun banyak masyarakat yang tidak menyangka langkahnya akan sangat panjang di kompetisi. Di babak grand final, Mamat berhadapan dengan komika asal Bogor yang sudah berpengalaman dan dilabeli komika nasional yaitu Ridwan Remin. Mamat akhirnya harus puas mendapat gelar runner up SUCI 7 meskipun duel terlihat berimbang sepanjang penampilannya.

Sedangkan sang tunangan Nafha Firah adalah konten kretaor TikTok yang biasanya membagikan konten keseharian dan lucu, tahun ini berusia 25 tahun dan tinggal di Yogyakarta.

Selamat untuk bang Mamat semoga lancar hingga hari pernikahan kelak. 

Minggu, 03 Maret 2024

Film Agak Laen Tembus 8 Juta Penonton Bene Dion Tunaikan Janji Joget TikTok Selama 7 Hari

 



Loetju.id - Hari ini Senin tanggal 4 Maret 2028 personil Agak Laen Bene Dion penuhi janji bikin joget TikTok pertama dan akan berlangsung rutin selama tujuh hari karena film Agak Laen yang dibintanginya tembus angka 8,2 juta penonton.

Ini merupakan bagian dari nazar para pemain film Agak Laen setelah sebelumnya mereka menunaikan janji jadi manusia Silver untuk Bene Dion, Indra Jegel dan Oki Rengga sedangkan Boris Bokir jadi manusia Emas di Bundaran HI karena berhasil mencapai 7 juta penonton.

Dalam postingan terpisah Ernest Prakasa sang produser dari PH Imajinari juga membuat cuitan di akiun twitternya @ernestprakasa "Kalo sampe 10 juta, lo mau gw ngapain? Yang masuk akal ya".


Tentu saja twit tersebut disambut beragam oleh netijen dari yang serius hingga yang bercanda, misalnya akun Abdur Arsyad yang menulis "Masuk Islam", Indra Frimawan "Standup tebak2kan full 15 menit" dan masih banyak lagi.

Laju perolehan penonton film Agak Laen memang agak lain, dilihat dari trenya yang mampu konsisten bertambah rausan ribu ditengah gempuran film baru dari dalam negeri dan luar negeri yang menyerbu, nampaknya angka 9 juta yang dipegang film KKN Di Desa Penari sebagai film terlaris sepanjang masa di Indonesia sangat mungkin dilalui.

Apalagi minggu depan akan ada libur panjang Hari Raya Nyepi dan cuti bersama setidaknya bakal dapat potensi lonjakan penonton pada hari Sabtu, Minggu, Senin dan Selasa.


Mari kita doakan hasil terbaik untuk Film Agak Laen, kita nantikan nazar apalagi yang akan merika tunaikan jika benar tembus 10 juta penonton. Selamat dan Sukses untuk bang Acho selalu sutradara, pak Ernest dan pak Dipa selaku produses dan seluruh pemain serta kru film fenomenal tahun ini Agak Laen.



Penulis
Nandar

Rabu, 28 Februari 2024

Belajar Budaya China dengan Lucu Lewat Podcast PACINKO Besutan Barry Williem dan Erwin Wu

 


Loetju.id - Dunia podcast yang digawangi oleh para komika semakin subur bak jamur di musim hujan, jika kita familiar dengan podcast Seminggu, GJLS, Agak Laen kini ada pendatang baru yang sempat mengdapatkan penghargaan dari Spotify sebagai dan sudah tampil di Podcast Festival Standupindo. 

Nama podcast yang kami maksud adalah PACINKO atau kepanjangan dari Pasukan Cina Kocak menghadirkan obrolan apapun dari sudut pandang dua komika ketururan Cina yang dipandu oleh Barry Williem dan Erwin Wu.

Hingga artikel ini ditulis pada tanggal 29 Februari 2024 total sudah tayang 37 episode yang bisa didengarkan secara gratis di Spotify seetiap hari Senin bakal diupload episode baru.

Sebagai orang awam, saya suka dengan podcast ini karena walau lebih banyak bercandanya tapi di dalamnya banyak bahasan tentang budaya Cina baik yang di dalam negeri maupun di luar negeri, dari hal sederhana tentang makanan, hingga yang berat-berat seperti sejarah dan Fengshui.

Setiap episodenya selalu dibuka dengan salam dari Erwin dan Barry yang menggunakan nama-nama Cina misalnya Pi Shao Quan yaitu pemeran Boboho atau Lee Hoi-chuen yaitu bapaknya Bruce Lee.

Sudut pandangnya semakin menarik saat kedatangan tamu yang berasal dari beragam kalangan, misal para komika dengan pengalaman bersentuhan dengan teman atau budaya cina, atau ahli fengshui dan sejarah cina.

Durasinya yang panjang cocok jadi teman perjalanan atau mengantar tidur, pasangan keduanya juga cocok, Erwin Wu mewakili komika dengan keluarga besar masih memegang erat budaya cina dan Barry yang keluarganya sudah tidak begitu cina banget, kadang Erwin juga ngeselin dengan tiba-tiba suka menyingkat istilah tertentu, namun di situlah letak lucunya.


Profile Barry Williem dan  Erwin Wu

Sebagai informasi, Erwin Wu yang lahir pada 1 Januari tahun 1990 adalah seorang pelawak tunggal dan penulis berkebangsaan Indonesia. Seorang pelawak tunggal atau komika yang merupakan jebolan komunitas Stand Up Indo Jakarta Barat sejak tahun 2012, Erwin merupakan pria keturunan Tionghoa yang berasal dari Sumatera Selatan tepatnya Prabumulih. 

Nama Erwin pertama kali dikenal secara nasional ketika mengikuti kompetisi Liga Komunitas Stand Up yang diadakan Kompas TV di tahun 2014, mewakili komunitas Stand Up Indo Jakarta Barat bersama tiga rekannya yaitu Kikoy, Indra Frimawan, dan Dicky Difie, di mana komunitas tersebut keluar sebagai runner up. Pasca kompetisi, Erwin lebih sering tampil off air dan lebih banyak terlibat dalam kepenulisan di balik layar, seperti pembuatan skenario film. Film yang pernah ia tulis adalah Sabar Ini Ujian.

Saat ini Erwin Wu menjabat sebagai Wakil Presiden Standupindo bersama Adjis Doaibu dengan berbagai prestasi diantaranya terselenggranya Standup Fest yang sukses tahun 2023 lalu.

Sedangkan Barry Williem yang lahir pada 28 Februari tahun 1993 adalah seorang pelawak tunggal berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui kompetisi Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV musim ke-5 (SUCI 5) tahun 2015. Dia merupakan peserta yang lolos ke final melalui audisi Bandung, dan meneruskan tradisi kontestan keturunan Tionghoa-Indonesia yang mampu tampil di SUCI Kompas TV.

Barry atau yang akrab dengan sapaan Jeki, ini menempuh pendidikan di BSI, Salemba, Jakarta. Barry mengenal stand up comedy sejak 2011 dan mulai menekuninya untuk mencari kesibukan lain di samping kuliah dan komunitas motornya. Barry yang bertempat tinggal di Bekasi ini kemudian bergabung dengan komunitas Stand Up Indo Bekasi. Di awal bergabungnya, Barry beberapa kali juga ikut terlibat dalam segmen Punchline dari Komtung TV garapan Daned Gustama yang juga salah satu pionir komunitas Stand Up Indo Bekasi kala itu.

Selama bergelut dengan stand up comedy, Barry beberapa kali telah mengikuti lomba di seputaran Jabodetabek dan beberapa kali berhasil menjadi juara. Salah satunya menjadi juara Stand Up Comedy Antar Kampus yang diadakan Metro TV di Universitas Trisakti, Jakarta pada tahun 2012. Lalu pada tahun yang sama Barry menjadi salah satu finalis Street Comedy II yang diadakan Stand Up Indo di Depok, dan berkompetisi dengan para komika berpengalaman yang nantinya juga terkenal seperti Fico Fachriza, Pras Teguh, Heri Horeh, dan Bintang Timur yang merupakan teman sekomunitasnya. 

Barry juga dipercaya oleh Ernest Prakasa menjadi komika pembuka tour-nya yang bertajuk Merem Melek Tour bersama tiga komika keturunan Tionghoa-Indonesia lainnya yaitu Dwika Putra, Alonki, dan Liant Lin yang tergabung dalam grup The Oriental Bandits pada tahun 2013.

Seperti komika keturunan Tionghoa-Indonesia pada umumnya, Barry mengangkat materi mengenai keresahannya sebagai kaum minoritas. Namun berbeda dengan komika lainnya, Barry mengangkat sisi lain keresahannya yang ternyata berbeda dari keturunan Tionghoa-Indonesia pada umumnya. Seperti misalnya bagi orang pribumi mereka yang berasal dari keturunan tersebut rata-rata kaya, punya usaha, kuliah di kampus terkenal, dan sukses di beberapa bidang. 

Hal ini berbeda dengan Barry yang berasal dari keluarga sederhana, kuliah di kampus swasta, anak motor di mana tidak banyak keturunannya yang ikut komunitas tersebut, dan tidak banyak merasakan suksesnya sebagai keturunan Tionghoa-Indonesia. Barry mengemasnya menjadi sebuah materi komedi yang tetap mengundang tawa namun juga syarat akan pesan moral bahwa tidak semua keturunan Tionghoa-Indonesia itu lebih baik dari pribumi, bahwa mereka sebenarnya juga ada yang sederajat selayaknya orang biasa.

Tahun 2015, Barry mengikuti audisi Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV season 5 (SUCI 5) di Bandung. Barry datang jauh-jauh dari Bekasi ke Bandung dengan sepeda motornya untuk mengikuti audisi. Barry yang sejak awal SUCI menjadi penonton setia secara langsung, mencoba peruntungannya dan berhasil melaju ke babak Pre Show bahkan menjadi satu dari 16 finalis yang berhasil maju ke Babak Show. 

Barry tetap konsisten membawakan materi komedinya mengenai keresahannya sebagai minoritas dan anak motor. Barry menjadi satu kontestan yang dilabeli "kuda hitam" karena secara mengejutkan terus bertahan hingga pada akhirnya di Show ke 12 (Babak 7 besar SUCI 5), Barry harus close mic karena masalah durasi saat penampilannya.

Saat ini selain sebagai komika yang sudah berkeliling nusantara hingga beberapa kali tampil di luar Indonesia, Barry juga menjadi seorang youtuber. Barry dikenal dengan video blog atau vlog yang diunggahnya ke situs Youtube berjudul "Jekiblar Vlog".



Penulis
Nandar



Sumber:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Erwin_Wu
- https://id.wikipedia.org/wiki/Barry_Williem

Link Digital Download Stand-up Comedy Show Plot Twist persembahan dari Erwin Wu

 




Loetju.id Stand-up Comedy Show Plot Twist persembahan dari Erwin Wu. Dishow ini koh Erwin menceritakan kisah sedihnya karena gagal nikah dan kehidupannya yang penuh Plot Twist. Pasti tau kan cerita gagal nikah koh Erwin yang viral banget dikalangan Komika? Penasaran? Full Video Digital Plot Twist persembahan Erwin Wu bisa kamu tonton sekarang!

PERHATIAN
Size : 564 MB
Durasi Plot Twist : 01:35:47
Resolusi Video : HD 1280X720
Segera lakukan download karena link akan otomatis expired dalam waktu 7 hari
Harga Rp 254.750,00

TIPS DOWNLOAD
Masuk ke My account, lalu ke My order https://comika.id/my-account/orders/ dan klik tombol DOWNLOAD pada order produk yang sukses pembayaran (COMPLETED)

Jangan gunakan wifi yg ada limit download

Jangan gunakan software download external gratisan

Disarankan gunakan incognito browse atau private browser Google Chrome

PERHATIAN!
Video ini hanya diperuntukkan umur 18 tahun ke atas, karena mengandung kata-kata makian, sarkas, dan materi dewasa. Kebijaksanaan pembeli harap diperhatikan.

Selasa, 27 Februari 2024

Film Agak Laen Tembus 7 Juta Penonton, Pemeran Jadi Manusia Silver dan Emas

 



Loetju.id - Kesuksesan film komedi horor Agak Laen tak terbendung, setelah menorehkan prestasi sebagai film yang berhasil meraih 1 juta penonton hanya dalam empat hari, kini film yang disutradarai oleh Muhadkly Acho tersebut berhasil meraih 7 juta penonton dan mengukuhkan diri sebagai film original story dan komedi terlaris sepanjang masa mengalahkan film Warkop DKI Reborn. 

Sesuai janji mereka, jika tembus 7 juta penonton para pemeran akan cosplay menjadi manusia silver dan manusia emas, kemarin 27 Fabruari 2024 janji tersebut ditunaikan.

Bertempat di Bundaran HI Jakarta, Oki Rengga, Bene Dion dan Indra Jegel tubuhnya dicat jadi manusia silver dan Boris Bokir jadi manusia emas filosofi dari mas-mas Batak.

Turut hadir Ernest Prakasa sebagai produser dan Dipa Andika sang partner dari Production House Imajinari.

Berdasarkan postingan akun twitter X @imajinari_id hingga hari ke 26 penayangan di bioskop film Agak Laen sudah meraih 7.500.000 penonton dan diprediksi masih terus melaju, mungkinkah bisa mengalahkan rekor film terlaris sepanjang masa KKN Di Desa Penari yang angkanya 9 juta? mari kita tunggu kabar selanjutnya.

Sebagai informasi film Agak Laen diangkat dari podcast denga judul yang sama yang dibawakan oleh kwartet Boris Bokir, Indra Jegel, Bene Dion dan Oki Rengga. Filmnya mnceritakan perjuanagan mereka demi mengejar mimpi untuk mengubah nasib, empat sekawan penjaga rumah hantu di pasar malam, mencari cara baru menakuti pengunjung agar selamat dari kebangkrutan. Sialnya, usaha Bene, Jegel, Boris dan Oki malah memakan korban jiwa salah satu pengunjungnya. Karena panik, korban tersebut mereka kubur di dalam rumah hantu.Di luar dugaan, arwah si korban malah gentayangan, membuat rumah hantunya jadi seram dan ramai pengunjung. Ketika polisi mulai menyelidiki, mereka pun terpaksa melakukan berbagai persekongkolan konyol untuk menutupi kejadian sebenarnya. Bagaimana nasib mereka selanjutnya? silahkan tonton di bioskop mumpung masih tayang.


Penulis
Nandar

Aleksiah Menghibur Dirinya di Masa Lalu lewat Single “24”

 


Loetju.idPenyanyi dan penulis lagu dari Adelaide, Australia bernama aleksiah kembali dengan sebuah pesan hangat untuk dirinya di masa lampau lewat lagu berjudul “24”. aleksiah menginterpretasikan tembang yang awalnya bernuansa gelap dan pesimistis menjadi sebuah sindiran lucu bagi dirinya di masa lalu. Diharapkan nomor ini menjadi sebuah pengingat bahwa semuanya akan menjadi lebih baik nantinya. 

“24” ditulis pada suatu waktu di mana saya merasa banyak keirian dan rasa benci terhadap diri sendiri. Waktu itu saya baru menginjak umur 22 tahun dan merasa sangat tertinggal dibanding teman-teman sejawat. Saya belum berani menyebarluaskan musik saya karena takut akan kegagalan, tapi alih-alih memperbaiki hidup dan kepercayaan diri, saya justru menulis sebuah lagu untuk menyindir diri saya sendiri dengan sinis,” ujar aleksiah. 

“24” menjadi titik balik perubahan pola pikir seorang aleksiah yang dibalut dalam tempo cepat dan instrumen musik pop yang berkilauan. Melawan ekspektasi sosial yang banyak membuat para pemuda pemudi kesulitan meraih mimpi, aleksiah berusaha menangkap sebuah perasaan ketika kita selalu merasa tertinggal jauh dari teman-teman. Membawa perspektif baru yang segar, “24” menjadi sebuah peringatan agar kita tidak terlalu keras pada diri sendiri. Selagi muda, seharusnya kita bisa lebih menikmati proses dan percaya pada masa depan. 

Sang penyanyi melanjutkan, “Saya akan menginjak usia 24 tahun ini dan seperti lagu yang saya tulis, akhirnya saya memegang kendali hidup saya. Saya ingin lagu ini juga memberi harapan yang sama kepada para pendengar, seperti yang saya alami.”

Para penggemar dan industri musik telah memberikan sambutan hangat bagi aleksiah sejak ia debut dengan lagu “Fern”. Setelah debut, radio nasional Australia Triple J juga memilihnya sebagai talenta kategori “Unearthed” (red: pendatang baru/upcoming artist) untuk festival Groovin the Moo 2023 yang diadakan di Wayville, sekaligus memasukkan dua lagu lainnya “Ant Song” dan “Pretty Picture” ke dalam daftar putar tetap mereka. Menjadi musisi ke-6 dengan lagu paling sering diputar dari kategori ‘Unearthed Artist’ di tahun 2023 dan terpilih jadi salah satu dari 6 musisi Australia yang diprediksi meledak di tahun 2024 oleh majalah Vogue, aleksiah membuktikan bahwa ia telah memberi kesan yang luar biasa. 

Di bawah manajemen artis Chugg Music asal Australia dan agensi Select Music sebagai booking agent-nya, karir bermusik aleksiah diprediksi akan semakin melejit. Ia berhasil memukau berbagai pelaku industri musik di BIGSOUND 2023 dan telah berbagai panggung dengan beberapa musisi ternama seperti Lime Cordiale, Kita Alexander, Holy Holy, Teenage Dads, Teenage Joans dan masih banyak lagi. Tengah merancang sebuah tur tunggal dan menjadi gig pembuka bagi musisi asal UK yakni Cavetown, aleksiah berada di jalan yang tepat untuk membuat namanya semakin dikenal.

Single “24” resmi dilepas pada tanggal 2 Februari 2024 secara digital di berbagai platform. “24” ditulis dan dinyanyikan oleh aleksiah, diproduksi dan aransemen oleh Chris Collins, serta melalui proses mastering oleh King Willy Sound.

Comika

Politika

Gen Z